“Lari Menyatukan Kami”

By. Planet Sports RUN 10 September 2017
“Lari Menyatukan Kami”

 

Kisah unik para pelari seputar tema Hari Olahraga Nasional 2017.  

Tahun ini, Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang jatuh pada tanggal 9 September memiliki tema “Olahraga Menyatukan Kita”. Menyambut perayaan tersebut, RUNNERid berbincang dengan beberapa pelari tentang bagaimana olahraga, khususnya berlari dapat menjadi alat pemersatu. Ini kisah mereka. Selamat Hari Olahraga Nasional!  

Sawitri

Saya dan suami sempat menjalani pernikahan jarak jauh. Saya tinggal di Jakarta dan suami bekerja di Papua. Karena itu, saya senang ketika suami pindah bekerja ke Jakarta. Harapannya saat bangun tidur, saya bisa melihat suami tidur pulas. Agak cheesy ya, but it means a lot. Eh, harapan itu buyar. Yang sering terjadi malah saat saya bangun, suami sudah tidak ada karena lari pagi. Terus terang, nih, saya agak curiga, kok tiap pagi buta sudah keluar rumah.

Saya pun akhirnya membuntuti suami. Ternyata lari pagi itu enak, apalagi bareng suami. Kami bisa mengobrol sambil menghirup udara segar. Sejak itu, hidup berubah 180 derajat. Saya jadi terbiasa tidur lebih awal dan bangun lebih pagi. Keluhan sembelit pun hilang. Saya senang bisa sama-sama berburu running gear dan jadi punya alasan membeli lebih banyak waterproof makeup, hahaha. Selain itu, pastinya pernikahan pun sehat. Lari yang awalnya memisahkan saya dan suami, kini menyatukan kami. 

 

Silvia Rianawati

Reuni SMP mempertemukan saya dengan teman lama, Rosie. Saat itu, ia mengajak saya berolahraga, padahal saya hampir tidak pernah berolahraga. Usai reuni, Rosie terus mengajak saya berolahraga meski saya berkali-kali menolaknya. Meski demikian, saya mengiyakan saat diajak bergabung dengan komunitas lari SMA –kebetulan kami juga satu SMA– walaupun saya bukan pelari.

Dari pembaca pasif, saya mulai mengiyakan ajakan Rosie untuk olahraga jalan kaki. Saya juga mengiyakan ajakan berenang darinya. Bergabung di komunitas memberi pengaruh positif. Semangat untuk berolahraga tumbuh. Teman-teman baru juga selalu mendorong saya untuk olahraga. Kini setiap pagi saya usahakan jalan pagi plus lari pelan. Saya pun mulai  mengikuti lomba lari untuk kategori 5K. Dari yang semula tidak pernah, bersyukur kini mulai rutin berolahraga. Dan karena olahraga, jadi lebih sering  maen bareng Rosie.  

 

 

Anggie Maryorie

Saat saya mulai hobi berlari, banyak teman bertanya, “Kok kuat? Lari kan, cape.” Komentar ini tidak hanya datang dari satu atau dua orang saja, melainkan cukup banyak. Saya pun mengajak mereka untuk berlari bersama, semampunya.  Lama-lama kebiasaan ini menjadi rutin. Bahkan bersama beberapa teman, kami membentuk komunitas Oneng Berlarian (Obler). Lucunya, teman-teman ini juga merupakan teman dalam grup arisan. Jadi, sub-komunitas dalam komunitas yang lebih besar yang dipersatukan oleh hobi lari. Kalau arisan mempertemukan kami sebulan sekali, lari mempertemukan kami minimal seminggu sekali.

Anggota komunitas Obler datang dari latar belakang usia yang berbeda, dari yang kuliah hingga ibu rumah tangga. Perbedaan usia ini tentu membuat obrolan menjadi kurang nyambung bila topiknya adalah kehidupan sehari-hari. Tapi bila sudah bicara soal lari, semua menjadi satu frekuensi. Saya senang bisa menularkan gaya hidup lari ke teman-teman.

    

 

Ervita Widyastuti

Dulu, saat lari belum jadi gaya hidup seperti sekarang, saya bergabung dalam suatu komunitas traveling. Kami tidak saling mengenal sebelumnya namun sepakat untuk share cost saat traveling. Usai traveling, kami kembali ke kesibukan masing-masing dan tidak berkomunikasi lagi.

Ketika saya mulai hobi lari, tiba-tiba saya dihubungi oleh teman-teman lama ini. Katanya mereka sering melihat posting foto lari saya dan menjadi tertarik untuk berlari. Akhirnya kami terhubung kembali. Kami pun menjadi sering mengikuti kegiatan lari bersama-sama, dari mulai latihan, mengikuti lomba lari, hingga lari lintas alam. Emang pada dasarnya hobi traveling dan kegiatan di alam terbuka, jadi kegiatan laripun kami sukai.  

 

 

Erlangga Jayanegara

Sebenarnya lari sudah menyatukan kami, tapi kini lari membuat kami makin erat. Kebetulan kami mempunyai latar belakang sama, yaitu kuliah di kampus yang sama di Bandung dan sama-sama pendatang di ibukota. Motivasi  kami dalam berlari juga sama, bukan pertama-tama mencapai personal best atau ikut lomba yang kekinian, melainkan sesederhana… bisa bangun pagi! Ya, bisa bangun pagi untuk berlari menjadikan hidup lebih sehat. Adanya teman membuat kami saling mengingatkan. Plus, saya percaya bangun pagi juga membukakan pintu rejeki lebih lebar. Seperti kata pepatah, jemputlah rejekimu sejak pagi hari. Dan kejarlah rejekimu dengan berlari.

 

Lihat Koleksi Lengkap →

 

Lihat Koleksi Lengkap →