Ini Cara Mereka Berlatih di Bulan Ramadan (Bagian 1)

Penggiat olahraga dan atlet profesional mancanegara berbagi tips tetap prima sambil berpuasa.

 

Pernah penasaran bagaimana para pecinta olahraga mancanegara –hobi maupun profesional– bisa berlatih dan tetap berpuasa pada bulan Ramadan? Tinggal di negara empat musim membuat waktu puasa bisa jatuh pada musim panas. Ini artinya, lama puasa bisa mencapai hingga 18 jam. Tentu bukan perkara mudah. Yuk ambil inspirasi dari adalah cerita latihan dan puasa mereka tahun lalu.

 

Rahaf Khatib, pelari, 33 tahun, Amerika

Rahaf adalah pelari berjilbab pertama yang menjadi sampul majalah Women’s Running. Peristiwa yang terjadi tahun 2016 ini menginspirasi banyak wanita berjilbab untuk mulai berlari. Berasal dari Siria, Rahaf pindah ke Amerika tahun 1980an dan kini tinggal di Michigan bersama suami dan ketiga anaknya. Meski menyebut dirinya sebagai sebagai pelari biasa, sejauh ini ia sudah menamatkan berbagai maraton seperti London Marathon 2018, Tokyo Marathon 2018 dan Boston Marathon 2017

 

Sebagai seorang Muslim sekaligus pelari yang bersemangat (personal best-nya adalah 4:42), Rahaf berpuasa dan tetap berlatih selama bulan Ramadan. Ia mengatur pola makannya. Untuk sahur, Rahaf mengonsumsi protein smoothies dan roti multigrain yang dioleskan Greek yogurt dengan chia seeds atau almond butter. Untuk berbuka, ia memilih air kelapa karena baik untuk menghidrasi tubuh setelah seharian berpuasa.

 

Bagaimana dengan latihan? Rahaf memilih untuk tetap berlatih namun tidak berlomba. Ia mengurangi total jaraknya. Saat lari di luar ruangan, Rahaf menurunkan pace-nya. Untuk cross training, ia memilih berenang. Olahraga ini baik karena rendah intensitas dan minim hentakan. Namun yang menjadi prioritas bagi Rahaf selama Ramadan adalah spiritualitasnya. Latihan membantunya dalam hal ini, “Saya merasa lebih spiritual dan fokus dalam doa saat lari saya terselesaikan untuk hari ini. Lari membaharui, menyegarkan, dan memberi saya energi menjelang malam panjang di depan.”

 

Hussein Hashi, pelari, Kanada, 29 tahun

Atlet nomor lari jarak jauh ini telah menjalankan praktek berlari dan berpuasa sejak muda. Menurut data IAAF, untuk kompetisi yang diadakan di dalam ruangan, personal best-nya di nomor 5.000 meter adalah 14:07,54 dan di nomor 10.000 meter adalah 29:54,41. Selama Ramadan, Hussein mengurangi total jarak lari mingguannya dan berkomitmen untuk berlari sebelum iftar agar ia langsung bisa mengonsumsi cairan dan protein.

 

Saat berdoa pada malam hari, Hussein menggunakan kesempatan tersebut untuk merenungkan tahun sebelumnya. Saat itu, ia mengenang kembali masa dimana ia mesti berlatih di training camp dan berpuasa. Sebagian besar temannya bukan Muslim tapi mereka memutuskan untuk berpuasa bersamanya. Bagi Hussein, solidaritas tersebut sangat menyentuhnya. Ia juga menganggap hal tersebut dapat menjadi pengalaman yang positif bagi mereka. Bisa jadi, sih, karena mereka masih meneruskan tradisi tersebut.

 

Penanggalan Islam berdasarkan rotasi bulan. Itu berarti setiap bulan dimulai 12 hari lebih awal setiap tahunnya. Karena tanggal-tanggal race-nya juga telah ditentukan sejak awal, Hussein pun mengatur strategi menjadi bisa menyiapkan diri untuk berpuasa dan berlatih secara bersamaan.

 

Nantikan cerita Mohamed Hrezi, atlet Amerika, berlatih untuk Olimpiade Rio 2016 dan bagaimana Khadijah Diggs, pekerja kantoran dan trialet dari Amerika, memenangkan lomba triatlon… semuanya sambil tetap berpuasa!

 

Bahan: Buzzfeed, runlikeahijabi, IAAF

 

Lihat Koleksi Lengkap →

 

Lihat Koleksi Lengkap →