Jelang Asian Games 2018: Maria Londa & Target Medali Emas

Dari latihan hingga meditasi, ini persiapan Maria menghadapi Asian Games 2018.

Maria Natalia Londa, atlet lompat jauh dan lompat jangkit nasional, punya sederet catatan prestasi: 6 medali emas PON, 4 emas SEA Games, 1 emas Asian Games, dan rangking 26 Olimpiade Rio 2016. Bila dirangkum, Maria adalah pemegang rekor nasional lompat jauh dan lompat jangkit, pemegang rekor SEA Games lompat jangkit, dan Olympian: me.nga.gum.kan. Dalam 18 tahun perjalanannya sebagai atlet, bintang Maria makin bersinar di saat atlet seusianya –Maria berusia 28 tahun– sudah pensiun. Baginya, tak ada satu kejuaraan yang lebih kecil nilainya dibanding kejuaraan lain. Bagaimana persiapannya menghadapi Asian Games 2018? Ini penuturannya kepada RUNNERid.

RUNNERid (RI): Dari prestasi-prestasimu itu, mana yang paling berkesan?
Maria Londa (ML): Asian Games 2014. Saat itu saya mendapatkan medali emas lompat jauh. Yang kedua, saat saya lolos kualifikasi untuk Olimpiade Rio 2016. Rasanya bangga bisa membuktikan bahwa saya berhak ikut Olimpiade karena kemampuan diri.

RI: Sebentar lagi Asian Games 2018. Berapa lama Maria menyiapkan diri?
ML: Sejak dua tahun lalu. Saya tinggal di Bali, maka saya mengikuti desentralisasi latihan di Bali. Baru-baru ini, April lalu, saya dan 12 atlet atletik lainnya mengikuti pelatihan di Amerika selama satu bulan. Selain berlatih, saya juga mengikuti tiga kejuaraan di sana. Dua yang pertama –salah satunya adalah UCLA Tournament dimana saya meraih medali emas lompat jauh– merupakan kualifikasi untuk mengikuti yang ketiga. Yang ketiga adalah Mt. San Antonio College Tournament dimana saya masuk kategori elite dan menduduki rangking empat lompat jauh dengan jarak lompatan 6,52 meter.

RI: Bagaimana hasil tersebut mempengaruhi latihanmu secara keseluruhan?
ML: Saya makin percaya diri. Saat ini, latihan sudah memasuki tahap prakompetisi. Artinya, frekuensi mulai menurun namun intensitas dan tingkat kekuatan meningkat. Ini merupakan bentuk adaptasi terhadap suasana lomba.

RI: Seperti apa periodisasi latihanmu?
ML: Ada tiga tahap: umum, khusus, dan prakompetisi. Tahap khusus dan prakompetisi sama-sama punya 6 hari latihan. Bedanya, pada tahap khusus ada 10-12 sesi latihan dengan tingkat intensitas 60-70 persen. Sedangkan pada prakompetisi, ada 8-10 sesi latihan dengan tingkat intensitas 80-95 persen.

RI: Bisa memberi contoh latihanmu selama seminggu?
ML: Tentu. 
1/ Senin: latihan kekuatan
2/ Selasa: core stabilization
3/ Rabu: plyometric
Ada banyak variasi gerakan. Misalnya, lari 30 meter melompati 10 gawang. Itu satu repetisi. Satu set adalah lima kali repetisi. Pada tahap prakompetisi, jumlah setnya adalah tiga. 
4/ Kamis: speed training
5/ Jumat: latihan conditioning
Latihan ini menggunakan boks. Jadi saya lari, melompati boks, kemudian mendarat di bak pasir. Pada tahap prakompetisi, saya melakukan 10-12 kali lompatan; hanya satu set.
6/ Sabtu: meditasi
Tujuannya menghilangkan keletihan dan kejenuhan pikiran selama lima hari latihan, serta supaya bisa tenang dan fokus menghadapi latihan teknik yang penting esoknya. 
7/ Minggu: latihan teknik
Latihan teknik berfungsi sebagai simulasi pertandingan. Segala yang saya lakukan harus saya lakukan seperti sedang bertanding. Karena itu, saya tidak banyak-banyak melakukan lompatan, sekitar 6-8 kali, kurang lebih seperti bertanding. Ini saya lakukan pagi hari. Sorenya jogging.

Sebagai atlet, Maria menyadari bahwa kesuksesan kompetisi tidak hanya didukung oleh latihan, namun juga kesiapan psikologis, nutrisi, dan tidur. Ini pandangannya.

RI: Tadi Maria menyebut soal meditasi agar fokus latihan. Bisa dijelaskan?
ML: Ini adalah program dari pelatih saya, I Ketut Pageh. Beliau menangani saya sejak awal sehingga sudah seperti bapak bagi saya di lapangan. Beliau paham bahwa performa fisik yang stabil dimulai dari pikiran yang stabil. Karena itu, sekali seminggu saya melakukan meditasi hening 15-20 menit untuk melatih fokus dan agar lebih relaks.

RI: Bagaimana dengan nutrisi?
ML: Nutrisi saya diatur oleh dokter ahli gizi. Meski dokternya tidak berdomisili di Bali, namun semuanya tetap diawasi secara jarak jauh. Misalnya, bila saya mau mengonsumsi vitamin selain yang disarankan, saya harus minta ijin dulu. Saat ini saya mengonsumsi vitamin untuk tulang dan sendi, dan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh. Untuk pola makan, secara umum saya mengonsumsi nasi merah dan menghindari gorengan. Soalnya, apa yang dimakan ngaruh ke latihan. Sayang kalau performa jadi jelek karena makanan.

RI: Ada makanan favorit?
ML: Saya suka banget rujak. Biasanya, ini saya jadikan hadiah ke diri sendiri paska lomba. Jadi, bila jarak lomba berikutnya masih jauh, saya minta ijin dan puas-puasain, deh, makan rujak, hehehe.

RI: Menurut Maria, seberapa penting tidur bagi atlet?
ML: Sangat penting. Tidur adalah recovery yang paling bagus. Saya tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 8 jam. Syukurlah selama ini tidak pernah menemui masalah tidur. Malah pelatih suka bilang bahwa saya hobinya tidur, hahaha. Selain tidur, saya juga melakukan bentuk recovery lain seperti massage, terapi ice bath, dan sauna.

Kehidupan atlet diisi dengan 90 persen latihan. Menyeimbangkan dengan kehidupan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, Maria melakoninya dengan bijak.

RI: Hiburan buat Maria seperti apa? Nongkrong? Hangout malam?
ML: Saya lebih memilih istirahat atau pergi ke alam terbuka. Enaknya tinggal Bali, saya bisa dengan mudahnya refreshing ke pantai atau ke bukit.

RI: Bagaimana dengan waktu untuk keluarga?
ML: Setiap Sabtu atau Minggu adalah waktu untuk keluarga. Saya pulang ke rumah untuk dengerin curhatan Mama. Atau kumpul dengan adik-adik. Lalu kami ibadah bersama.

RI: Kalau dengan pacar?
ML: Kebetulan pacar saya, I Made Sukariata juga atlet lompat jauh. Pelatih kami pun sama. Tiap hari kami pasti ketemu dan latihan bareng-bareng. Kebetulan lagi, saya memang tidak punya sparing partner wanita. Jadi ia menjadi sparing partner saya. Berlatih dengannya membuat jiwa kompetitif saya keluar. Bawaannya nggak mau kalah, hahaha. Di luar latihan, kami nggak ada waktu ketemu khusus yang gimana-gimana gitu.

RI: Pernah merasa rugi karena kehidupan sosial berkurang dengan menjadi atlet?
ML: Tidak. Menjadi seorang atlet adalah kebanggaan pribadi untuk saya. Berada di podium teratas adalah alasan kenapa saya berlatih dengan giat dan disiplin dalam segala hal. Saya berlatih dengan ikhlas dan happy. Itulah kenapa saya mencintai profesi ini.

RI: Apa targetmu di Asian Games mendatang? Dan siapa lawan terberat?
ML: Di Asian Games 2018, saya fokus turun di nomor lompat jauh. Lawan terberat saya dari Vietnam, Cina, dan India dan targetnya adalah mendapatkan lompatan yang lebih baik dari rekor sebelumnya, yaitu 6,7 meter. Kita, kan, berlatih untuk perbaikan prestasi. Mudah-mudahan, ini bisa menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik di dalam diri untuk bangsa, negara, dan keluarga yang selalu men-support.

RI: Ada pesan positif yang bisa di-share ke pembaca? 
ML: Lakukan yang bisa kamu lakukan semaksimal mungkin karena proses tidak pernah mengkhianati hasil.

 

Lihat Koleksi Lengkap →

 

Lihat Koleksi Lengkap →