Jelang Asian Games 2018: Triyaningsih & Asian Games Keduanya

Simak pengalamannya mengikuti berbagai multi-sport event yang membuatnya kian matang bertanding. 

Sudah sering Triyaningsih membuat Merah Putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di kejuaraan internasional. Tidak kurang dari enam SEA Games, satu Asian Games, dan satu Olimpiade pernah diikutinya. Kepada RUNNERid, putri terbaik bangsa di nomor lari jarak jauh ini menceritakan bagaimana pengalamannya di pertandingan internasional tersebut berkontribusi pada persiapannya pada Asian Games 2018. 

RUNNERid (RI): Ceritain dong, perolehan medalimu sejauh ini di SEA Games?

Triyaningsih (TN): Dari enam SEA Games yang aku ikuti, aku sudah memiliki 11 medali emas, yang terdiri dari 4 emas nomor 5.000 meter, 6 emas nomor 10.000 meter, dan 1 emas nomor maraton. 

RI: Bagaimana dengan rekor?

TN: Dari enam SEA Games tersebut, dua di antaranya terjadi pemecahan rekor. Pertama di SEA Games 2007 di Thailand. Di situ aku memecahkan rekor nomor 5.000 meter dengan waktu 15 menit 54 detik. Kedua di SEA Games 2009 di Laos. Di situ aku memecahkan rekor nomor 10.000 meter dengan waktu 32 menit 49 detik. 

RI: Wow! Kalau rekor maraton?

TN: Kebetulan rekor maraton juga atas nama aku. Pada Asian Games 2010 di China, aku finish keempat tapi berhasil memperbaiki catatan waktu sekaligus memecahkan rekor nasional menjadi 2 jam 31 menit 49 detik. Rekor sebelumnya adalah 2 jam 34 menit atas nama kakakku, Ruwiyati. 

RI: Kamu juga seorang Olympian. Bagaimana rasanya bertanding di Olimpiade?

TN: Bangga, tentu saja. Olimpiade yang aku ikuti adalah Olimpiade 2012 di London. Saat itu aku turun di nomor maraton. Tidak ada target apapun selain perbaikan catatan waktu. Aku finish di urutan 84. Ada sekitar 120 peserta saat itu. 

Bila seorang atlet sudah mengikuti banyak multi-sport event, mudah untuk berpikir bahwa ia menjadi makin terbiasa. Bagaimana dengan Tri? 

RI: Apakah kamu masih suka nervous kalau mau bertanding?

TN: Masih. Namanya pertandingan yah. Aku selalu menganggap pertandingan yang aku ikuti itu adalah pertandingan baru. Jadi walaupun aku sudah mengikuti SEA Games sejak 2003 hingga yang terakhir kemarin 2017, sampai nanti Insya Allah SEA Games 2019, tetap berasa seperti pertandingan baru. Kalau nggak nervous, malah gimana gitu. 

Dalam pertandingan, kita, kan ingin mempersembahkan yang terbaik. Minimal bisa memperbaiki catatan waktu. Nah, di situ sih nervous-nya, bisa mencapai atau tidak. Tapi begitu pistol start ditembakkan, biasanya aku sudah tidak memikirkan hal itu lagi. Nervous itu sudah hilang dengan sendirinya karena aku fokus ke pertandingan.  

RI: Ada tips saat menghadapi pertandingan?

TN: Aku selalu menganggap bahwa bila kita melakukan proses latihan dengan baik, Insya Allah hasilnya baik. Ada hal-hal yang kadang berada di luar kendali kita. Misalnya, kita blank akan lawan-lawan kita. Atau kita malah sepertandingan dengan lawan-lawan yang punya prestasi luar biasa. Kalau begitu, jadilah dirimu sendiri. Bila kita sudah latihan, sudah berproses, sisanya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Semua orang bisa berada di garis start, tapi garis finish bukan kita yang menentukan. Insya Allah kita dipilih jadi pemenang. Makanya, selain berusaha dengan latihan, kita juga harus berdoa, supaya keberpihakan Tuhan ada pada kita. 

RI: Nice! Kalau begitu, bagaimana bila hasil tidak sesuai ekspetasi?

TN: Tentu saja kecewa. Tapi tidak boleh sampai terpuruk. Nggak bagus juga untuk kita. Lagipula dalam pertandingan ada menang dan ada kalah. Kalau nggak menang, ya kalah. Itu fair play. Karena itu, setelah pertandingan yang membuat kecewa, kita harus lakukan evaluasi. Ini agar ke depannya bisa lebih baik dan hal yang mengecewakan tersebut bisa diminimalisir. 

Beberapa tahun terakhir, merebak trend lari di kalangan non-atlet. Event lomba lari maraton pun bermunculan. Kini maraton bukan milik atlet saja, melainkan juga pelari hobi. Apa tips Tri bagi mereka? 

RI: Punya saran untuk pelari hobi yang virgin marathoner?

TN: Pacing itu penting. Maraton, kan, jaraknya panjang. Karena itu, meski kita merasa bertenaga banget, kita harus bisa menjaga pace agar tenaga tidak terbuang karena ngotot di awal atau tiba-tiba kepengen cepat di tengah. Ingat, 1 km pertama memang terasa ringan, tapi masih ada 41 km lagi hingga kamu mencapai finish. 

RI: Bagaimana saran untuk mereka yang ingin memperbaiki catatan waktu?

TN: Kamu bisa mengikuti teman yang catatan waktunya lebih cepat. Tapi ingat, jangan melonjak juga pace-nya, misalnya dari pace 5 tahu-tahu pace  4. Itu tidak disarankan. Jadi hukumnya tetap sama, jangan terpengaruh lawan yang pace-nya lebih cepat. Tingkatkan pace secara step by step sesuai kemampuan. 

RI: Ada tips lain? Mungkin yang berdasarkan pengalaman Tri selama ini?

TN:  Saat latihan di track, saya mengamati bahwa bila saya ingin waktu saya di putaran kedua sama dengan yang pertama, saya harus meningkatkan kecepatan. Hal ini bisa diaplikasikan untuk maraton. Tentu tak perlu per kilometer, bisa per lima kilometer. Peningkatannya pun tak perlu terlalu besar. Sekadar mendorong tubuh agar lebih cepat atau menambah frekuensi langkah kaki agar lebih kerap. Ini bisa membantu menjaga waktu kita lebih stabil. 

RI: Thank you for the tips! Last but not least, sukses untuk Asian Games 2018!

TN: Terima kasih. Semoga tidak ada halangan sehingga saya bisa bertanding di nomor maraton dan memberikan yang terbaik. 

 

Lihat Koleksi Lengkap →

 

Lihat Koleksi Lengkap →