Jelang Asian Games 2018: Agus Prayogo & Bela Negara di Mana Saja

Membagi waktu antara karir atletik dan militer, begini cara Agus menyeimbangkannya demi Asian Games 2018. 

Penggiat lari Indonesia sudah tak asing dengan nama Agus Prayogo. Atlet lari jarak jauh yang dikenal dekat dengan komunitas lari ini kerap mengharumkan nama Indonesia di kompetisi internasional. Selain berprofesi sebagai atlet, Agus juga berprofesi sebagai tentara Angkatan Darat (AD). Pangkat terbarunya Letnan Dua Infanteri. Meski terkesan berbeda, kedua profesi tersebut memiliki benang merah: sama-sama membela negara. Bagaimana ia melakoninya dalam rangka Asian Games 2018? Kepada RUNNERid, Agus berbagi cerita.

RUNNERid (RI): Cerita dong update karir militermu?
Agus Prayogo (AP): Saya mengawali 2018 dengan masuk Sekolah Calon Perwira (Secapa) Angkatan Darat di Bandung. Lama sekolah perwira ini satu tahun, terdiri dari 7 bulan pendidikan dasar dan 5 bulan sekolah kecabangan. Kami dikarantina dan tinggal di barak. Saat menempuh pendidikan militer ini, saya stop lari.

RI: Bagaimana hal tersebut bersinggungan dengan persiapan Asian Games? 
AG: Mengikuti pendidikan perwira merupakan suatu kesempatan tersendiri. Di sisi lain, saya telah mulai melakukan persiapan Asian Games begitu selesai SEA Games 2017 lalu. Bersyukur, saya diberi dispensasi dari TNI AD. Jalan dua bulan pendidikan militer, saya diperbolehkan fokus latihan untuk Asian Games. Hal ini dimungkinkan karena TNI AD memiliki konsep Bela Negara, di mana bela negara ini juga bisa dilakukan dengan berprestasi di bidang olahraga.

RI: Keren. Jadi seperti apa modifikasi latihan yang Agus lakukan?
AG: Ada tiga fase latihan: persiapan umum, khusus, dan pra kompetisi. Persiapan umum terpaksa singkat karena berbarengan dengan pendidikanmiliter. Jadi saya mengejar ketertinggalan di fase persiapan khusus.

RI: Seperti apa latihanmu?
AG: Saat ini saya juga sedang menempuh pendidikan militer lanjutan. Jadi bila biasanya saya berlatih di Pangalengan, kali ini saya berlatih di Secapa, Bandung. Ada fasilitas track yang bisa saya gunakan. Menjalani latihan dan pendidikan militer, artinya harus pintar-pintar membagi waktu. Begini kira-kira latihan saya dalam seminggu.

1/ Senin pagi: latihan endurance.
Senin sore: easy run. 2/ Selasa pagi: latihan penguatan dan easy run. 
Selasa sore: easy run
3/ Rabu pagi: latihan interval
Rabu sore: rest
4/ Kamis pagi: latihan penguatan
Kamis sore: easy run
5/ Jumat pagi: latihan speed endurance (jogging sedang)
Jumat sore: easy run
6/ Sabtu pagi: long run
Sabtu sore: rest
7/ Minggu pagi: active rest, misalnya berenang
Minggu sore: rest 

Wajah’ Agus Prayogo bukan hanya sebagai atlet dan perwira AD. Ia juga seorang suami dan ayah yang juga disibukkan dengan kegiatan sosial. Ini cara Agus menyeimbangkannya.

RI: Dilihat dari Instagram, kelihatannya kegiatan sosialmu cukup padat. Bagaimana kamu menyeimbangkannya? 
AG: Biasanya jadwal kegiatan sosial ada pada weekend. Contohnya saat saya diundang Kemenkeu Runners untuk berlari bersama Ibu Menteri Sri Mulyani Indrawati dan jajaran kementriannya pada hari Sabtu, 28 Juli. Dengan adanya kegiatan ini, saya memindahkan jadwal long run dari Sabtu ke hari Minggu. Dengan demikian, saya tetap bisa aktif di masyarakat dan tidak meninggalkan latihan. Semuanya doable.

RI: Bagaimana dengan keluarga? Kapan meluangkan waktu untuk mereka?
AG: Saat saya latihan intens di Pangalengan, saya pulang ke Bandung setiap weekend. Kini saya latihan di Bandung sehingga justru bisa pulang ke rumah dan bertemu istri dan anak setiap hari.

RI: Bagaimana dukungan anak pada profesi ayahnya?
AG: Anak saya, Febyolla Az Zahra usianya 5 tahun. Ia sudah tahu profesi saya. Mungkin karena beberapa kali saya bawa ke kompetisi seperti Kejunas, bahkan hingga SEA Games di Kuala Lumpur. Ia bilang ke saya bahwa saya harus menang. Kalau saya kalah, ia ngambek, hehehe. Baginya, menang artinya medali emas. Jadi, pressure-nya darinya cukup berat. Meski demikian, saya anggap itu sebagai motivasi terbesar.

RI: Bicara pressure, menurut Agus seperti apa peta persaingan di Asian Games 2018?
AG: Di level Asia, kebanyakan nomor jarak menengah dan jarak jauh didominasi atlet dari negara Timur Tengah; mereka banyak menaturalisasi atlet negara Afrika. Ini yang saya amati saat mengikuti Asian Games 2010 di Cina. Karena itu, saya berusaha realistis. Di Asian Games 2018, saya hanya turun di nomor maraton. Mudah-mudahan kefokusan ini membuat saya dapat mempersembahkan yang terbaik bagi negara.

Performa latihan yang baik harus didukung nutrisi dan istirahat. Lagi-lagi, semuanya adalah tentang keseimbangan.

RI: Menurut Agus, nutrisi yang baik itu seperti apa?
AG: Yang bisa memenuhi standar kebutuhan harian. Komposisinya tergantung fasenya. Pada fase persiapan umum, porsi terbesar adalah protein karena tujuannya untuk pembentukan otot. Pada fase pra kompetisi, porsi terbesar adalah karbohidrat.

RI: Ada makanan favorit yang tidak sebenarnya tidak sesuai anjuran nutrisi?
AG: Saya tuh, suka banget duren. Saat pertama dibimbing oleh sport nutritionist, saya diingatkan soal kegemaran ini, hahaha. Jalan tengahnya adalah boleh makan asal sebelumnya sudah memenuhi kebutuhan makan yang utama tapi tentu juga tidak banyak-banyak. Saya juga suka makanan pedas. Ini juga boleh dimakan tapi pilih-pilih waktunya. Misalnya bila besok ada latihan yang berat, maka saya tidak berani makan pedas. Nanti malah bikin masalah perut.

RI:Bagaimana soal istirahat?
AG: Istirahat sama pentingnya dengan latihan. Saya tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-8 jam.

RI: Pertanyaan terakhir, ada pesan yang bisa di-share ke pembaca, terutama pelari hobi?
AG: Sekarang, kan, banyak race maraton sehingga banyak pelari hobi pemula yang ingin jadi marathoner. Tidak ada yang salah dengan itu. Yang salah bila hanya bermodal nekat, apalagi semata karena peer pressure. Persiapan wajib hukumnya. Saya saja pernah tidak finish maraton. Karena itu, persiapan diri dengan baik agar hasilnya baik dan bisa menikmati race.

 

Lihat Koleksi Lengkap →

 

Lihat Koleksi Lengkap →